Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerja Sama Lintas Batas Shanghai Cooperation Organization (SCO); Tujuan Prinsip dan Negara Anggotanya.

 Kerja Sama Lintas Batas Shanghai Cooperation Organization (SCO); Tujuan Prinsip dan Negara Anggotanya.

Analisis Organisasi Kerja Sama Lintas Batas Shanghai Cooperation Organisation (SCO): Tujuan, Prinsip, dan Negara Anggota

 

Shanghai Cooperation Organization
(SCO).


Pendahuluan.


Dalam peta geopolitik dan geoekonomi global abad ke-21, munculnya kekuatan-kekuatan baru di luar struktur tradisional Barat telah mengubah dinamika hubungan internasional. Salah satu aktor yang paling signifikan dan sering disalahpahami dalam lanskap ini adalah Shanghai Cooperation Organisation (SCO), atau Organisasi Kerja Sama Shanghai. SCO bukanlah aliansi militer seperti NATO, juga bukan blok ekonomi integratif seperti Uni Eropa. Ia adalah sebuah entitas unik yang mewakili bentuk baru diplomasi dan tata kelola regional lintas batas, yang berpusat pada kawasan Eurasia yang luas dan strategis.

 

SCO lahir dari sebuah proses historis yang berakar pada kebutuhan untuk menyelesaikan perselisihan perbatasan pasca runtuhnya Uni Soviet. Didirikan secara resmi pada 15 Juni 2001 di Shanghai, Cina, oleh enam negara pendiri (Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan), organisasi ini telah berevolusi menjadi organisasi multifungsi dengan cakupan agenda yang luas, mulai dari keamanan hingga pembangunan ekonomi dan pertukaran budaya. Dengan populasi gabungan yang mencakup hampir setengah dari populasi dunia dan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, SCO merupakan kekuatan demografis dan ekonomi yang tidak dapat diabaikan.

 

Analisis ini akan mengupas secara mendalam organisasi kerja sama lintas batas SCO dengan fokus pada tiga pilar utama: pertama, menelusuri latar belakang historis dan evolusinya; kedua, menganalisis tujuan-tujuan strategisnya; ketiga, menguraikan prinsip-prinsip fundamental yang mendasari operasionalnya; dan keempat, memeriksa profil dan dinamika negara-negara anggotanya, termasuk anggota penuh, pengamat, dan mitra dialog. Pemahaman menyeluruh tentang SCO sangat penting untuk menginterpretasikan masa depan tatanan dunia yang semakin multipolar.

 

Latar Belakang Historis dan Evolusi SCO.

 

Untuk memahami SCO secara utuh, seseorang harus melihat akarnya yang terbentuk sebelum pendirian formalnya pada tahun 2001. Proses kelahiran SCO dapat dibagi menjadi dua fase utama:

 

1. ‘Shanghai Five’ (1996-2001): Cikal bakal SCO adalah mekanisme “Shanghai Five”, yang dimulai dengan Perjanjian Penguatan Kepercayaan Militer di Daerah Perbatasan, yang ditandatangani di Shanghai pada April 1996 oleh Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Kelompok ini berfokus pada isu-isu praktis pasca-Perang Dingin: mengurangi ketegangan militer di sepanjang perbatasan bekas Uni Soviet-Cina, menarik pasukan dan senjata dari daerah perbatasan, dan membangun kepercayaan. Kesuksesan mereka dalam menyelesaikan sengketa perbatasan berabad-abad sesuatu yang jarang terjadi dalam sejarah memberikan momentum dan model kerja sama. Pada tahun 1998, agenda kelompok diperluas untuk mencakup kerjasama ekonomi regional dan memerangi ancaman keamanan non-tradisional seperti terorisme, separatism, dan ekstremisme (yang kemudian menjadi dikenal sebagai “tiga kekuatan jahat”).

 

2.  Pendirian SCO (2001):  Pada 15 Juni 2001, kelima anggota Shanghai Five, bersama dengan Uzbekistan, menandatangani Deklarasi Pendirian Organisasi Kerja Sama Shanghai, secara resmi meluncurkan SCO. Inklusi Uzbekistan menandakan perluasan geografis dan strategis agenda organisasi, bergerak melampaui isu-isu perbatasan menuju kerjasama keamanan dan ekonomi yang lebih komprehensif di seluruh kawasan Asia Tengah. Peristiwa 9/11, yang terjadi hanya beberapa bulan setelah pendiriannya, tiba-tiba menempatkan SCO dalam sorotan global, karena kawasan operasinya berdekatan dengan teater perang di Afghanistan. SCO dengan cepat menyesuaikan diri, mendirikan Regional Anti-Terrorist Structure (RATS) sebagai badan eksekutif permanennya yang pertama, yang bermarkas di Tashkent, Uzbekistan.

 

Sejak 2001, SCO telah mengalami pertumbuhan dan evolusi yang signifikan:

 

Ekspansi Keanggotaan: Organisasi ini mengalami ekspansi besar pertama pada 2017 dengan menerima India dan Pakistan sebagai anggota penuh. Iran menjadi anggota penuh terbaru pada 2023. Ekspansi ini mengubah SCO dari sebuah organisasi yang berpusat pada Asia Tengah menjadi sebuah organisasi pan-Eurasia raksasa dengan pesisir dari Samudra Arktik hingga Laut Arab, dan dari Laut Tiongkok Timur hingga Laut Baltik.

 

Diversifikasi Agenda: Agenda SCO telah berkembang jauh melampaui keamanan. Organisasi ini sekarang aktif mempromosikan kerjasama dalam perdagangan, investasi, transportasi, energi, teknologi, budaya, dan kesehatan. Inisiatif seperti Special Account dan Development Bank yang diusulkan (masih dalam pembahasan) mencerminkan ambisi ekonominya.

Peningkatan Profil Internasional:  SCO telah membangun hubungan formal dengan PBB (sebagai pengamat di Majelis Umum), CIS, CSTO, dan ASEAN, serta menarik puluhan negara sebagai pengamat dan mitra dialog, termasuk negara-negara seperti Belarus, Mongolia, dan Azerbaijan.

 

Tujuan Strategis SCO.

 

Tujuan SCO bersifat multifaset dan saling terkait, mencerminkan kepentingan kompleks dan terkadang tumpang tindih dari negara-negara anggotanya. Tujuan-tujuan ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

 

1. Keamanan dan Stabilitas Regional:


Ini tetap menjadi  raison d'être  inti dari SCO. Tujuan keamanannya meliputi:

Memerangi “Tiga Kekuatan Jahat”: Memerangi terorisme, separatism, dan ekstremisme agama adalah prioritas absolut. RATS SCO berfungsi sebagai hub untuk berbagi intelijen, melatih pasukan keamanan, dan mengoordinasikan operasi anti-teror.

Keamanan Komprehensif: SCO telah memperluas definisi keamanannya untuk mencakup keamanan siber, keamanan energi, perlucutan senjata, dan non-proliferasi senjata pemusnah massal.

Memerangi Kejahatan Lintas Batas Terorganisir: Organisasi ini bertujuan untuk memerangi perdagangan narkoba, perdagangan senjata, penyelundupan manusia, dan pencucian uang, yang semuanya merupakan ancaman terhadap stabilitas kawasan.

 

2. Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan:

 

Mengakui bahwa keamanan jangka panjang memerlukan kemakmuran ekonomi, SCO berupaya menciptakan “lingkaran yang baik” antara stabilitas dan pembangunan.

Memfasilitasi Perdagangan dan Investasi: Tujuannya adalah untuk menghilangkan hambatan perdagangan, menyelaraskan standar, dan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi bisnis di dalam kawasan.

Konektivitas: SCO mempromosikan pengembangan koridor transportasi dan logistik yang menghubungkan anggota-anggotanya. Ini selaras dengan inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI) Cina, meskipun SCO secara resmi terpisah darinya. Proyek-proyek seperti jalan raya, rel kereta api, dan jaringan energi adalah prioritas.

Keuangan: Pembentukan Special Account dan pembahasan tentang SCO Development Bank bertujuan untuk mendanai proyek-proyek bersama dan mengurangi ketergantungan pada institusi keuangan Barat.

 

3. Kerjasama Budaya dan Kemanusiaan:


Untuk membangun fondasi yang lebih dalam untuk kerja sama, SCO aktif mempromosikan dialog antarbudaya.

Pertukaran Rakyat-ke-Rakyat: Organisasi ini mendorong pertukaran di antara pemuda, cendekiawan, seniman, dan jurnalis.

Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan: Membentuk jaringan universitas SCO, memberikan beasiswa, dan mempromosikan kerja sama dalam penelitian ilmiah dan teknologi.

Kesehatan Masyarakat: Pandemi COVID-19 menyoroti perlunya kerja sama dalam keadaan darurat kesehatan. SCO berupaya untuk memperkuat kolaborasi dalam bidang ini.

 

4. Mempromosikan Tata Kelola Multilateral dan Dunia yang Multipolar:


Pada tingkat geopolitik yang lebih tinggi, SCO, yang dipimpin oleh Cina dan Rusia, berusaha untuk membentuk tatanan internasional yang lebih adil dan demokratis, yang sering kali diposisikan sebagai alternatif dari dominasi Barat.

Doktrin “Shanghai Spirit”: Prinsip-prinsip seperti konsensus, non-campur tangan, dan penghormatan terhadap berbagai model pembangunan adalah tantangan langsung terhadap kebijakan intervensi dan sanksi unilateral yang dipimpin oleh AS.

Membangun Konsensus Eurasia: SCO berfungsi sebagai platform bagi kekuatan besar seperti Cina, Rusia, dan India yang sering kali memiliki hubungan yang tegang untuk melakukan dialog dan mengoordinasikan kebijakan pada isu-isu kepentingan bersama, sehingga mencegah konflik terbuka dan menciptakan stabilitas strategis.

 

Prinsip-Prinsip Fundamental SCO.

 

Keberhasilan SCO dalam mengelola perbedaan di antara anggota-anggotanya yang beragam terletak pada komitmennya yang teguh pada seperangkat prinsip operasional yang dikenal sebagai “Shanghai Spirit”. Prinsip-prinsip ini, yang pertama kali diartikulasikan pada tahun 2001, adalah:

 

1.  Saling Percaya, Saling Menguntungkan, Kesetaraan, Konsultasi, Menghormati Keberagaman Peradaban, dan Mencari Pembangunan Bersama: Ini adalah pilar filosofis dari organisasi ini. Prinsip ini menekankan hubungan yang setara di mana negara kecil tidak didominasi oleh negara besar, setidaknya secara teori.

 

2.  Non-Aliansi dan Tidak Berkonfrontasi dengan Negara atau Kawasan Lain: SCO secara konsisten menyatakan bahwa ia bukan aliansi militer yang ditujukan melawan negara mana pun. Ini adalah pernyataan yang penting untuk meredakan kekhawatiran dari pihak eksternal, terutama AS dan NATO.

 

3.  Keterbukaan: SCO menyatakan dirinya terbuka untuk menerima anggota baru yang mematuhi tujuannya dan prinsip-prinsipnya. Ekspansi keanggotaan India, Pakistan, dan Iran menunjukkan komitmen terhadap prinsip ini.

 

4. Non-Campur Tangan dalam Urusan Dalam Negeri: Ini mungkin prinsip yang paling penting dan menentukan. Ini menjamin bahwa rezim mana pun, terlepas dari catatan hak asasi manusia atau tata kelolanya, tidak akan dihakimi atau digulingkan oleh mekanisme internal SCO. Prinsip ini sangat menarik bagi negara-negara otoriter di kawasan ini dan merupakan landasan dari daya tarik organisasi.

 

5. Pengambilan Keputusan melalui Konsensus: Semua keputusan substantif di SCO harus dibuat melalui konsensus semua anggota. Ini memberikan hak veto efektif kepada setiap anggota, memastikan bahwa tidak ada kebijakan yang dapat dilaksanakan yang bertentangan dengan kepentingan nasional vital negara mana pun. Meskipun ini dapat menyebabkan kelambatan dan pembuatan kebijakan yang konservatif, ini juga memastikan stabilitas dan membangun kepercian di antara para anggota.

 

Prinsip-prinsip ini membedakan SCO dari organisasi regional lainnya dan merupakan kunci untuk memahami ketahanan dan keterbatasannya.

 

Negara-Negara Anggota: Profil dan Dinamika.

 

Komposisi keanggotaan SCO yang beragam sekaligus menjadi kekuatan dan tantangan terbesarnya.

 

Anggota Penuh:


1. Republik Rakyat Tiongkok: Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di organisasi ini, Cina adalah pendorong utama integrasi ekonomi melalui inisiatif BRI-nya. Kepentingan utamanya adalah stabilitas di perbatasan baratnya (Xinjiang), mengamankan suplai energi dari Asia Tengah, dan mempromosikan model tata kelola alternatif di panggung dunia.

2. Federasi Rusia: Rusia melihat Asia Tengah sebagai “halaman belakang” tradisionalnya dan melihat SCO sebagai alat untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan dan mengimbangi perluasan pengaruh Cina dan AS. Rusia lebih fokus pada agenda keamanan organisasi.

3. India: Bergabung pada 2017, keanggotaan India menambah dimensi baru. Kepentingannya termasuk mengakses pasar Asia Tengah, memerangi terorisme yang bersumber dari Pakistan, dan mengimbangi pengaruh Cina. Persaingannya dengan Pakistan dan Cina menambah kompleksitas dinamika internal SCO.

4. Pakistan: Bergabung bersama India, kepentingan Pakistan adalah mendapatkan akses ekonomi ke Asia Tengah melalui koridor seperti CPEC, dan mendapatkan legitimasi diplomatik di forum multilateral utama.

5.  Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan: Keempat negara Asia Tengah ini adalah jantung geopolitik dari SCO. Mereka memandang organisasi sebagai platform untuk menyeimbangkan pengaruh Rusia dan Cina, menarik investasi, dan mengatasi ancaman keamanan bersama tanpa bergantung sepenuhnya pada satu kekuatan. Mereka memanfaatkan dinamika kompetitif antara anggota yang lebih besar untuk keuntungan mereka.

6.  Iran: Keanggotaan penuh Iran pada 2023 adalah perkembangan geopolitik yang signifikan. Ini memberikan Teheran jalan keluar dari isolasi diplomatik dan memungkinkan SCO menjadi platform untuk melawan sanksi AS. Bagi SCO, ini memperluas jangkauan strategisnya ke Timur Tengah.

 

Pengamat dan Mitra Dialog:


Status pengamat (Belarus, Mongolia) dan mitra dialog (Azerbaijan, Armenia, Mesir, Qatar, dll.) memungkinkan negara-negara yang tertarik untuk terlibat dengan SCO tanpa komitmen keanggotaan penuh, sehingga memperluas lingkup pengaruh organisasi.

 

Dinamika dan Tantangan Internal:


Rivalitas Sino-Rusia: Meskipun bekerja sama di SCO, Cina dan Rusia adalah pesaing geopolitik dan ekonomi yang semakin besar, terutama di Asia Tengah. Rusia waspada terhadap ekspansi ekonomi Cina di kawasan yang secara tradisional menjadi domain pengaruhnya.

Konflik India-Pakistan: Permusuhan bilateral yang mendalam antara kedua negara nuklir ini sering menghambat kemajuan SCO, terutama pada isu-isu keamanan yang memerlukan konsensus.

Ketimpangan Ekonomi: Kesenjangan pembangunan yang besar antara anggota seperti Cina dan India dengan Tajikistan atau Kyrgyzstan menyulitkan untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang kohesif dan saling menguntungkan bagi semua pihak.

 

Kesimpulan.

 

Shanghai Cooperation Organisation telah berevolusi dari sebuah perjanjian perbatasan yang sederhana menjadi salah satu organisasi regional terbesar dan paling penting di dunia. Ia mewujudkan semangat zaman yang bergeser menuju multipolaritas, di mana kekuatan non-Barat mencari untuk membentuk institusi dan norma yang sesuai dengan kepentingan dan nilai-nilai mereka. Kekuatan SCO terletak pada “Shanghai Spirit”-nya penekanannya pada konsensus, kesetaraan, dan non-campur tangan yang memungkinkannya untuk mengelola perbedaan yang dalam di antara para anggotanya dan menawarkan alternatif yang menarik dari model integrasi yang dipimpin Barat.

 

Namun, masa depannya tidak tanpa tantangan. Dinamika internal, khususnya persaingan antara anggota-anggota besarnya, ancaman fragmentasi, dan kesulitan dalam menerjemahkan kesepakatan politik menjadi proyek ekonomi yang nyata, dapat menghambat potensinya. Meskipun demikian, sebagai platform untuk dialog, koordinasi keamanan, dan promosi visi dunia yang multipolar, pengaruh SCO kemungkinan akan terus tumbuh. Ia berdiri sebagai bukti kompleksitas dan saling keterkaitan dunia modern, di mana kerja sama lintas batas bukan hanya pilihan, tetapi suatu keharusan untuk mengatasi tantangan abad ke-21. Baik sebagai penstabil kawasan atau sebagai pemain dalam drama geopolitik global yang lebih besar, SCO telah mengukuhkan dirinya sebagai kekuatan yang permanen dan signifikan dalam tata kelola dunia.

Posting Komentar untuk "Kerja Sama Lintas Batas Shanghai Cooperation Organization (SCO); Tujuan Prinsip dan Negara Anggotanya."