Kebijakan Regional Modern Federasi Rusia: Antara Recentralisasi dan Pembangunan Timur Jauh.
Kebijakan Regional Modern Federasi Rusia, Antara Recentraliasi dan Pembangunan Timur Jauh.
.webp)
Map Rusia
.webp)
Pendahuluan.
Kebijakan regional modern Federasi
Rusia, khususnya sejak dekade 2010-an, merupakan sebuah paradoks yang kompleks.
Di satu sisi, kebijakan ini ditandai dengan proses "nasionalisasi"
dan konsolidasi kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tangan
pemerintah federal, yang sering kali mengesampingkan logika regionalisasi dan
globalisasi. Di sisi lain, kebijakan ini justru menempatkan wilayah perbatasan
yang terpencil, khususnya Timur Jauh Rusia, sebagai prioritas strategis utama
untuk pembangunan nasional. Analisis ini akan menguraikan dinamika kebijakan
regional Rusia modern secara detail, mengeksplorasi bagaimana keputusan
geopolitik, warisan sejarah, dan imperatif ekonomi membentuk pendekatan Moskow
yang unik terhadap daerah-daerahnya. Esai ini akan membahas pergeseran dari
liberalisasi ke keamanan nasional, kebangkitan Timur Jauh sebagai proyek
prestisius negara, tantangan implementasi yang berat, dan upaya-upaya terbaru
untuk memberdayakan tingkat pemerintahan lokal dalam kerangka yang tetap
dikendalikan secara ketat oleh pusat.
1. "Nasionalisasi" dan Sekuritisasi: Prioritas Keamanan atas Kerja Sama.
Era 2010-an menandai konsolidasi akhir
dari "vertikal kekuasaan" di bawah Vladimir Putin, yang secara
mendalam mempengaruhi kebijakan regional.
"Nasionalisasi" Lembaga dan
Standar: Seperti yang diungkapkan dalam teks, terjadi "nasionalisasi
bersyarat dari lembaga-lembaga impor, universal dan standar dunia." Ini
berarti bahwa Rusia secara selektif mengadopsi praktik global, tetapi kemudian
membengkokkannya melalui "prisma pengalaman domestik dan kondisi
lokal." Dalam konteks kebijakan regional, hal ini diterjemahkan ke dalam
penegasan model tata kelola yang khas Rusia, yang menekankan hierarki, kontrol
negara, dan stabilitas politik di atas desentralisasi, otonomi daerah, dan
masyarakat sipil yang dinamis—nilai-nilai yang sering dikaitkan dengan model
Barat. Inisiatif legislatif lebih ditujukan untuk "mengkonsolidasikan
keadaan yang ada," yaitu struktur kekuasaan yang terpusat, daripada
melakukan reformasi liberalisasi lebih lanjut.
Dikendalikannya Regionalisasi dan
Globalisasi: Konsekuensi langsung dari pendekatan ini adalah bahwa "dampak
proses regionalisasi dan globalisasi secara bertahap telah dikendalikan."
Keterbukaan wilayah-wilayah Rusia terhadap pengaruh dan integrasi ekonomi
global yang tidak terkendali dipandang sebagai ancaman potensial terhadap
kedaulatan dan stabilitas politik. Alih-alih integrasi organik, negara memilih
untuk mengelola dan memfilter interaksi ini, memastikan bahwa interaksi
tersebut melayani kepentingan nasional yang didefinisikan oleh Moskow.
Prioritaskan Keamanan daripada Kerja
Sama Lintas Batas: Pergeseran paling signifikan adalah "memprioritaskan
keamanan daripada kerja sama lintas batas." Tren ini, yang dimulai pada
akhir 1990-an, menjadi sangat menonjol pada tahun 2010-an. Hal ini "sangat
difasilitasi oleh kerumitan hubungan dengan negara-negara Barat, pengenalan
langkah-langkah pembatasan oleh Amerika Serikat dan sekutunya."
Sanksi-sanksi Barat yang diterapkan setelah aneksasi Krimea pada tahun 2014 dan
seterusnya memperkuat narasi Kremlin tentang "benteng yang dikepung,"
yang mengharuskan penguatan kedaulatan dan ketahanan di semua bidang, termasuk
kebijakan regional. Perbatasan, oleh karena itu, dilihat lebih sebagai garis
pertahanan daripada peluang ekonomi, yang menyebabkan peningkatan sekuritisasi
dan pengawasan terhadap kerja sama lintas batas.
2. Kebangkitan Timur Jauh: Proyek Prestisius Nasional dan Pengungkit Pembangunan.
Dalam paradoks kebijakan Rusia modern,
justru di tengah retorika yang berfokus pada keamanan, sebuah wilayah perbatasan
Timur Jauh mendapatkan perhatian yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai
proyek pembangunan nasional yang utama.
Perubahan Radikal dalam Kebijakan
Regional: Periode 2006-2012, seperti yang diidentifikasi dalam teks,
menyebabkan "perubahan radikal dalam struktur kebijakan regional di Timur
Jauh." Hal ini didorong oleh kesadaran strategis bahwa masa depan ekonomi
dan geopolitik Rusia semakin terikat dengan kawasan Asia-Pasifik yang dinamis.
Timur Jauh yang terbelakang dan berpenduduk jarang, dengan sumber daya alamnya
yang melimpah, dipandang sebagai "pengungkit untuk pembangunan seluruh
negara."
Konsolidasi Sumber Daya Negara:
Kesadaran ini membawa pada kesimpulan bahwa "terobosan ekonomi dalam
lingkungan yang sangat kompetitif di kawasan Asia-Pasifik membutuhkan
konsolidasi sumber daya negara yang signifikan." Pengalaman 1990-an,
ketika daerah-daerah dibiarkan berjuang sendiri, telah meyakinkan Kremlin bahwa
"hanya negara (yang diwakili oleh kepemimpinan federal) yang mampu
memobilisasi dukungan keuangan dan organisasi yang tepat" untuk tugas
sebesar ini. Oleh karena itu, pendekatan terhadap Timur Jawah menjadi sangat
terpusat dan diarahkan oleh negara, berbeda dengan model pembangunan yang lebih
organik dan berbasis pasar.
Aksesi ke WTO dan Dilema Proteksionisme:
Proses aksesi Rusia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang diselesaikan
pada tahun 2012, terjadi bersamaan dengan perubahan strategi ini. Meskipun
aksesi mensyaratkan liberalisasi tertentu dan penyesuaian hukum, proses ini
"diperumit pada tahun 2008 oleh krisis keuangan global, yang memaksa
banyak negara untuk berpikir tentang mengatur ekonomi nasional mereka melalui
langkah-langkah proteksionis." Ketegangan ini antara tuntutan liberalisasi
WTO dan keinginan untuk melindungi industri domestik dan mempertahankan kendali
negara tercermin dalam kebijakan regional Rusia. Kebijakan tersebut secara
resmi mendukung keterbukaan, tetapi dalam praktiknya sering kali bergantung
pada intervensi negara dan insentif yang ditargetkan.
3. Instrumen Kebijakan: Kementerian Baru dan Zona Ekonomi Khusus.
Untuk melaksanakan strategi yang
terpusat ini, Kremlin menciptakan seperangkat institusi dan alat kebijakan baru
yang dirancang khusus untuk Timur Jauh.
Pembentukan Kementerian Pembangunan Timur
Jauh (Minvostokrazvitiya): Langkah kelembagaan yang paling simbolis dan signifikan
adalah pembentukan Kementerian Pembangunan Timur Jauh Rusia pada tahun 2012.
Pembentukan kementerian federal yang didedikasikan khusus untuk satu distrik
federal merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menegaskan
pentingnya strategis wilayah tersebut. Kementerian ini menjadi operator utama
kebijakan Timur Jauh, mengoordinasikan upaya berbagai kementerian lain dan
badan-badan federal di wilayah tersebut.
Mekanisme Insentif Ekonomi:
Minvostokrazvitiya memperkenalkan serangkaian alat kebijakan inovatif untuk
menarik investasi domestik dan asing:
Zona Ekonomi Khusus yang Maju (Advanced
Special Economic Zones/ASEZ): Zona ini menawarkan paket insentif yang luas
kepada investor, termasuk keringanan pajak, penyederhanaan administratif, dan
akses ke infrastruktur yang dikembangkan negara.
Rezim Pelabuhan Bebas Vladivostok (Free
Port of Vladivostok): Memperluas manfaat serupa ke seluruh wilayah pelabuhan
utama dan sekitarnya, bertujuan untuk menciptakan hub logistik dan komersial
yang kompetitif secara internasional.
Forum Ekonomi Timur (Eastern Economic Forum/EEF):
Diluncurkan pada tahun 2015, EEF menjadi platform tahunan yang prestisius bagi
Kremlin untuk memamerkan peluang investasi di Timur Jauh kepada mitra-mitra
Asia, terutama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Forum ini berfungsi sebagai
alat diplomasi ekonomi dan pemasaran regional yang powerful.
Konsep Pengembangan Wilayah Perbatasan
(2015) dan Keterbatasannya: Pada tahun 2015, pemerintah mengadopsi "Konsep
Pengembangan Wilayah Perbatasan Distrik Federal Timur Jauh." Seperti yang
diakui secara kritis dalam teks, dokumen ini "tidak berkontribusi pada
pengembangan bentuk-bentuk kerja sama baru, tetapi mengakui keadaan
infrastruktur yang menyedihkan dan situasi sosial-ekonomi dari pemukiman yang
tertekan." Pernyataan ini mengungkapkan beberapa kelemahan mendasar:
1. Pendekatan Geografis yang Sempit: Objek pembangunan
"dialokasikan murni sesuai dengan kriteria geografis," yaitu
kedekatan dengan perbatasan Tiongkok dan Korea Utara, daripada berdasarkan
potensi ekonomi atau kelayakan yang mendalam.
2. Fokus pada Masalah Lama: Konsep tersebut lebih merupakan pengakuan
atas keterbelakangan yang parah daripada sebuah rencana pembangunan yang
visioner.
3. Kegagalan Efek Pengganda: Seperti yang ditunjukkan dalam teks,
"efek pengganda dari peran Timur Jauh sebagai mata rantai utama... belum
berhasil." Megaproyek yang diumumkan dengan suara keras membutuhkan
"peningkatan investasi yang signifikan" dan sering kali gagal
menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan tersebar luas di luar lokasi
proyek itu sendiri. Hal ini menyebabkan kesimpulan bahwa "tahap
pelembagaan ini tidak lengkap," yang berarti bahwa kerangka kelembagaan
telah dibuat, tetapi belum memberikan hasil pembangunan yang transformatif.
4. Pemberdayaan Terkendali: Undang-Undang Kerja Sama Lintas Batas 2017 dan Peran Pemerintah Daerah.
Dalam konteks sentralisasi yang ketat,
langkah yang tampaknya kontradiktif adalah adopsi Undang-Undang Federal
"Tentang Kerja Sama Lintas Batas" pada tahun 2017. Undang-undang ini
merepresentasikan upaya untuk merevitalisasi CBC dari bawah, tetapi tetap dalam
batas-batas yang ditetapkan oleh pusat.
Pemberian Kekuasaan kepada Badan Pemerintahan
Sendiri Lokal: Berbeda dengan undang-undang sebelumnya yang memfokuskan pada
subjek federasi, UU 2017 secara eksplisit "memberikan kekuasaan yang luas
kepada badan pemerintahan sendiri lokal." Ini adalah pengakuan bahwa kerja
sama yang efektif di perbatasan sering kali terjadi pada tingkat kotamadya, di
mana interaksi orang-ke-orang dan bisnis-ke-bisnis yang sebenarnya terjadi.
Undang-undang ini membuka "jendela peluang... untuk semua kotamadya di
wilayah perbatasan," tidak hanya yang berbatasan langsung dengan perbatasan
negara.
CBC dalam Kerangka Hubungan Eksternal
Federal: Namun, pemberdayaan ini bukanlah tanpa syarat. Pendekatan yang
diterapkan "mengembangkan hubungan internasional kotamadya perbatasan
dalam kerangka hubungan eksternal Federasi Rusia." Ini adalah peringatan
yang crucial. Pemerintah lokal didorong untuk terlibat, tetapi hanya sebagai
bagian dari kebijakan luar negeri federal yang lebih luas. Mereka ditugaskan
untuk menangani masalah praktis: "dukungan langsung kepada penduduk"
dan membantu mempersiapkan acara yang diprakarsai oleh otoritas federal dan
regional.
Tantangan Kapasitas Pemerintah Lokal:
Meskipun ada peluang hukum yang baru, "sebagian besar kotamadya perbatasan
Timur Jauh tidak memiliki basis material dan keuangan yang memadai."
Mereka kekurangan anggaran, staf yang berkualitas, dan kapasitas administratif
untuk memanfaatkan sepenuhnya wewenang baru mereka. Dengan demikian, terdapat
kesenjangan yang besar antara pemberian wewenang secara hukum dan kemampuan
untuk melaksanakannya dalam praktik. Hal ini membatasi efektivitas
undang-undang baru tersebut dan semakin memperkuat ketergantungan pemerintah
lokal pada transfer keuangan dan arahan dari pemerintah federal dan regional.
Kesimpulan.
Kebijakan regional modern Federasi Rusia
adalah sebuah eksperimen yang sedang berlangsung dalam pembangunan yang
dipimpin oleh negara di bawah kondisi sekuritisasi yang tinggi. Kebijakan ini
telah bergerak jauh dari kekacauan desentralisasi pada 1990-an, menuju model
yang ditandai dengan tiga ciri utama: recentralisasi kekuasaan yang ekstrem,
kebangkitan Timur Jauh sebagai proyek geopolitik dan ekonomi yang utama, dan
pemberdayaan pemerintah lokal yang terkendali dan terbatas.
Paradoksnya, justru dengan
memprioritaskan keamanan nasional di atas kerja sama lintas batas, Moskow
merasa perlu untuk secara aktif mengintegrasikan wilayah perbatasannya yang
paling terpencil ke dalam ekonomi Asia-Pasifik, karena hal ini dipandang
penting untuk ketahanan ekonomi dan pengaruh geopolitik Rusia secara keseluruhan.
Namun, pendekatan yang sangat terpusat dan top-down ini menghadapi tantangan
yang signifikan. Kesenjangan antara investasi yang dijanjikan dan hasil yang
nyata tetap besar, efek pengganda terbatas, dan banyak pemerintah lokal tidak
memiliki kapasitas untuk berkontribusi secara efektif.
Oleh karena itu, meskipun Rusia telah
berhasil menciptakan kerangka kelembagaan yang mengesankan untuk kebijakan
regionalnya dari Kementerian Pembangunan Timur Jauh hingga Undang-Undang CBC
2017 "tahap pelembagaan" ini masih belum lengkap. Keberhasilan sejati
akan diukur bukan oleh besarnya megaproyek atau banyaknya forum, tetapi oleh
kemampuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan
yang dapat menghentikan pelarian penduduk dan benar-benar mengintegrasikan
Timur Jauh Rusia ke dalam lanskap sosial-ekonomi Asia-Pasifik yang lebih
dinamis, sambil tetap mempertahankan kedaulatan dan stabilitas yang menjadi
prioritas utama Kremlin.
Posting Komentar untuk "Kebijakan Regional Modern Federasi Rusia: Antara Recentralisasi dan Pembangunan Timur Jauh."