Perempuan Tonga di UNGA80: Merepresentasikan Ketahanan dan Kepemimpinan dalam Bayangan Warisan Pasifik.
Perempuan Tonga di UNGA80: Merepresentasikan Ketahanan dan Kepemimpinan dalam Bayangan Warisan Pasifik.
Analisis tentang Partisipasi dan Agensi Perempuan Tonga dalam Peringatan 30 Tahun Platform Aksi Beijing di Sidang Umum PBB.
Pendahuluan: Suara dari Pusaran Samudera dan Sejarah.
Di ruang sidang utama Markas Besar Perserikatan
Bangsa-Bangsa, saat Sidang Umum ke-80 (UNGA80) memperingati tiga dekade Konferensi
Dunia Keempat tentang Perempuan dan Platform Aksi Beijing yang transformatif,
sebuah narasi penting tengah dibentuk. Narasi ini tidak hanya tentang memenuhi
janji-janji global, tetapi juga tentang merayakan jalur kepemimpinan yang unik.
Ketika Perdana Menteri Kepulauan Solomon sekaligus Ketua Forum Kepulauan
Pasifik (PIF), Yang Terhormat Jeremiah Manele, menyatakan dengan bangga,
"Setahun sebelum Beijing, kawasan ini meluncurkan Platform Aksi Pasifik
yang dengan berani menempatkan kesetaraan gender sebagai inti agenda regional
kita," pernyataan ini bergema dengan makna khusus bagi Kerajaan Tonga.
Partisipasi Tonga dan yang lebih penting,
partisipasi perempuan Tonga dalam momen bersejarah ini harus dipahami dalam
konteks ganda: sebagai negara Pasifik yang bangga dengan kedaulatan dan
budayanya, dan sebagai masyarakat yang tengah bergulat dengan transisi menuju
kesetaraan gender yang lebih besar di bawah bayangan tantangan abad ke-21.
Artikel ini akan menganalisis bagaimana perempuan Tonga, baik yang hadir
langsung di New York maupun yang diwakili oleh pernyataan PIF, "hadir dan
berbicara" di forum PBB ini. Kehadiran mereka bukan sekadar kehadiran
fisik, melainkan sebuah pernyataan tentang ketahanan, kepemimpinan yang sedang
tumbuh, dan peran krusial mereka dalam mewujudkan warisan kepemimpinan Pasifik
yang ditegaskan kembali oleh PM Manele.
Kita akan mengeksplorasi jalur representasi
perempuan Tonga, dari tingkat akar rumput hingga podium PBB, mengkaji tantangan
dan terobosan yang membentuk perjalanan mereka, dan menganalisis bagaimana
persimpangan antara budaya, perubahan iklim, dan kesetaraan gender memengaruhi
suara dan prioritas mereka di panggung global.
1: Konteks Tonga: Budaya, Monarki, dan Perjuangan untuk Kesetaraan.
Untuk memahami signifikansi partisipasi
perempuan Tonga di UNGA80, seseorang harus pertama-tama memahami lanskap
sosio-kultural yang unik di mana mereka beroperasi.
Struktur Sosial yang Hierarkis: Masyarakat Tonga
secara tradisional terstruktur secara hierarkis, dengan sistem monarki dan
bangsawan yang dihormati. Sementara budaya Tonga menempatkan nilai tinggi pada
perempuan, khususnya dalam peran mereka sebagai ibu dan penjaga keluarga
(sebuah konsep yang sering disebut fahu), kekuasaan politik dan kepemimpinan
publik secara tradisional didominasi oleh laki-laki. Hal ini menciptakan
dinamika di mana perempuan dihormati tetapi sering kali dibatasi dari
pusat-pusat pengambilan keputusan formal.
Kemajuan dan Tantangan: Dalam beberapa tahun
terakhir, Tonga telah membuat kemajuan signifikan. Negara ini telah
menghasilkan pemimpin perempuan terkemuka di kancah regional, dan ada dorongan
yang berkembang untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan. Namun,
tantangan besar tetap ada, termasuk kekerasan berbasis gender (GBV) dan
hambatan budaya terhadap kepemimpinan perempuan di ruang publik. Oleh karena
itu, perjalanan menuju kesetaraan gender di Tonga adalah sebuah proses
negosiasi yang halus antara menghormati tradisi dan merangkul perubahan yang
diperlukan.
2: Hadir di PBB: Saluran Representasi Perempuan Tonga.
Perempuan Tonga "hadir dan berbicara"
di UNGA80 melalui beberapa saluran, baik langsung maupun tidak langsung:
1. Representasi Diplomatik Resmi: Delegasi resmi
Kerajaan Tonga ke PBB kemungkinan termasuk diplomat perempuan yang
berpengalaman. Para perempuan profesional inilah yang bekerja di belakang layar
untuk menyusun pernyataan nasional, membangun koalisi, dan memastikan
kepentingan Tonga terdengar. Kehadiran mereka adalah bentuk partisipasi yang
kritikal meskipun kurang mendapatkan sorotan. Mereka adalah bukti nyata dari
perempuan Tonga yang berpendidikan tinggi dan berkualitas yang telah mencapai
posisi berpengaruh dalam pelayanan nasional dan internasional.
2. Representasi melalui Pernyataan Kolektif PIF:
Pernyataan PM Manele atas nama PIF merupakan saluran representasi yang paling
powerful bagi seluruh kawasan, termasuk Tonga. Dengan menyatakan komitmen
terhadap warisan kepemimpinan Pasifik dan Solusi Dua Negara untuk perdamaian,
pernyataan kolektif ini mengangkat prioritas yang juga menjadi prioritas bagi
banyak perempuan Tonga: perdamaian, keamanan, dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan bersuara sebagai sebuah blok, PIF memberikan pengeras suara diplomatik
yang memperkuat agenda yang didukung oleh para aktivis perempuan di Tonga.
3. Keterlibatan melalui Masyarakat Sipil dan
Jaringan Regional: Sering kali, suara yang paling otentik datang dari
organisasi masyarakat sipil. LSM perempuan Tonga, seperti atau yang berafiliasi
dengan Tonga National Centre for Women and Children (TNCWC), mungkin memiliki
perwakilan yang menghadiri acara-acara sampingan di sela-sela UNGA. Jaringan
regional seperti Pacific Women's Network Against Violence juga menyediakan
platform bagi perempuan Tonga untuk berbagi pengalaman dan advokasi mereka
dengan audiens global. Keterlibatan ini memastikan bahwa perspektif akar rumput
tidak sepenuhnya hilang dalam wacana diplomatik tingkat tinggi.
3: Analisis Agenda: Apa yang Diperjuangkan oleh Perempuan Tonga di Panggung Global?.
Berdasarkan konteks Tonga, prioritas yang
kemungkinan besar dibawa oleh atau atas nama perempuan Tonga ke forum seperti
PBB meliputi:
1. Ketahanan Iklim yang Dipimpin Perempuan:
Seperti Kiribati dan Tuvalu, Tonga sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim, termasuk siklon yang semakin intensif dan kenaikan permukaan laut.
Perempuan Tonga berada di garis depan dalam mengelola dampak ini terhadap rumah
tangga dan komunitas mereka. Di PBB, advokasi mereka kemungkinan berfokus pada:
· Mendesak Akses ke Pendanaan Iklim yang
Responsif Gender: Memastikan bahwa dana adaptasi iklim mencapai organisasi
perempuan dan proyek-proyek komunitas yang dipimpin oleh perempuan.
· Menghubungkan Pengetahuan Tradisional dan
Ilmiah: Mempromosikan peran perempuan Tonga sebagai pemegang pengetahuan
tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam dan ketahanan bencana.
2. Mengakhiri Kekerasan Berbasis Gender (GBV):
Tingkat GBV yang tinggi di kawasan Pasifik adalah tantangan utama. Perempuan
Tonga kemungkinan besar menggunakan platform PBB untuk:
Mendesak Penguatan Kerangka Hukum dan Layanan
Dukungan: Berbagi kemajuan yang dibuat di Tonga sekaligus menyoroti perlunya
lebih banyak sumber daya dan komitmen politik untuk mengatasi masalah ini.
Mempromosikan Pendekatan yang Melibatkan
Laki-Laki dan Anak Laki-Laki: Menekankan bahwa mengakhiri GBV membutuhkan
keterlibatan seluruh masyarakat, termasuk pemimpin tradisional dan religius.
3. Meningkatkan Partisipasi Ekonomi dan Politik:
Perempuan Tonga semakin vokal dalam menuntut tempat yang setara di meja
kepemimpinan. Di PBB, advokasi mereka mungkin mencakup:
Dukungan untuk Kuota atau Kebijakan Afirmatif
Lainnya: Belajar dari keberhasilan negara-negara seperti Samoa, aktivis mungkin
mendorong tindakan yang lebih berani untuk meningkatkan jumlah perempuan di
parlemen Tonga dan posisi pengambilan keputusan lainnya.
Pemberdayaan Ekonomi: Mempromosikan program yang
membuka akses perempuan ke pembiayaan, pelatihan keterampilan, dan pasar,
khususnya dalam sektor-sektor seperti pertanian berkelanjutan, pariwisata, dan
ekonomi biru.
4: Antara Warisan dan Masa Depan: Tantangan dan Peluang.
Meskipun ada momentum, partisipasi penuh perempuan
Tonga menghadapi beberapa tantangan:
Kendala Sumber Daya: Biaya untuk menghadiri
pertemuan PBB di New York sangat tinggi. Seringkali, hanya perwakilan
pemerintah yang mendapat anggaran, sehingga membatasi partisipasi langsung dari
aktivis akar rumput.
Hambatan Budaya dan Struktural: Norma sosial
yang membatasi peran perempuan di ruang publik dapat menghambat kemajuan dari
tingkat komunitas hingga tingkat nasional.
Menjembatani Kesenjangan antara Global dan
Lokal: Tantangan terbesar adalah memastikan bahwa komitmen yang dibuat di New
York diterjemahkan menjadi tindakan nyata dan perubahan yang terlihat di
desa-desa dan kota-kota di Tonga.
Peningkatan Visibilitas Regional dan Global:
Keberhasilan pemimpin perempuan Pasifik seperti Presiden Hilda Heine dari
Marshall Islands membuka jalan dan memberikan inspirasi.
Kekuatan Jaringan Regional: Forum seperti PIF
dan organisasi masyarakat sipil regional memberikan platform yang ampuh untuk
berbagi strategi dan beradvokasi secara kolektif.
Semakin Pentingnya Isu Perempuan dan Perdamaian
serta Keamanan: Agenda PBB yang semakin mengakui hubungan antara kesetaraan
gender dengan perdamaian dan keamanan termasuk keamanan iklim memberikan
peluang baru untuk memasukkan prioritas perempuan Tonga ke dalam wacana utama.
Kesimpulan:
Merangkul Warisan
Kepemimpinan untuk Masa Depan yang Setara.
Kehadiran dan suara perempuan Tonga baik yang
hadir secara fisik, diwakilkan, atau diadvokasikan di peringatan UNGA80 adalah
bagian integral dari "warisan kepemimpinan" Pasifik yang ditegaskan
oleh PM Manele. Warisan ini bukanlah peninggalan statis dari tahun 1994; itu
adalah proyek yang hidup dan terus berkembang.
Partisipasi perempuan Tonga di panggung global
adalah bukti dari ketahanan, kecerdasan, dan tekad mereka. Itu menunjukkan
pergeseran dari menjadi penerima kebijakan menjadi menjadi arsitek masa depan
mereka sendiri dan masa depan bangsa mereka. Saat dunia merenungkan 30 tahun
sejak Beijing, pelajaran dari Tonga dan Pasifik lebih luas adalah jelas:
kemajuan menuju kesetaraan gender harus dirootedkan dalam realitas lokal,
dipandu oleh pengetahuan masyarakat, dan diperjuangkan melalui solidaritas
regional.
Peringatan ini akan benar-benar bermakna jika ia
mengarah pada tindakan yang memperkuat kapasitas perempuan Tonga sebagai
pemimpin, pelindung lingkungan, dan penggerak perdamaian. Masa depan Tonga yang
makmur dan tangguh bergantung pada pemberdayaan penuh separuh populasinya.
Dengan demikian, suara mereka di PBB bukan hanya mewakili kepentingan mereka
sendiri; itu menyampaikan sebuah visi untuk seluruh masyarakat sebuah visi yang
memenuhi janji warisan kepemimpinan Pasifik dan, pada akhirnya, janji Platform
Aksi Beijing itu sendiri.

Posting Komentar untuk "Perempuan Tonga di UNGA80: Merepresentasikan Ketahanan dan Kepemimpinan dalam Bayangan Warisan Pasifik."