Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Papua New Guinea Opens Embassy in Jerusalem on 23 September 2023: Sebuah Analisis Geopolitik atas Keputusan Bersejarah Port Moresby.

Papua New Guinea Opens Embassy in Jerusalem on 23 September 2023: 

Sebuah Analisis Geopolitik atas Keputusan Bersejarah Port Moresby.




Pada tanggal 23 September 2023, dalam sebuah langkah yang menggetarkan peta diplomasi global, Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, secara resmi membuka Kedutaan Besar Papua Nugini di Yerusalem. Upacara bersejarah ini, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menempatkan Papua Nugini (PNG) sebagai negara Pasifik ketiga setelah Kepulauan Marshall dan Fiji dan negara kedelapan di dunia yang menempatkan misi diplomatiknya di kota suci yang menjadi sengketa paling panjang dalam politik internasional tersebut.

 

Keputusan Port Moresby bukanlah tindakan yang terisolasi. Ini adalah gerakan strategis yang matang, penuh dengan simbolisme dan konsekuensi, yang mencerminkan pergeseran dinamika kekuatan global, prioritas pembangunan nasional PNG, dan pendekatan baru yang lebih percaya diri dalam hubungan luar negeri negara kepulauan terbesar di Pasifik tersebut. Pembukaan ini terjadi pada hari yang sama dengan peringatan hari kemerdekaan PNG, sebuah penentuan waktu yang disengaja untuk memperkuat pesan kedaulatan dan otonomi strategis.

 

Latar Belakang: Dari Hubungan Terselubung ke Aliansi Terbuka.

 

Hubungan antara PNG dan Israel memiliki sejarah yang panjang namun seringkali tidak mencolok. Sejak merdeka pada tahun 1975, PNG umumnya mengikuti konsensus internasional dalam kebijakan luar negerinya, termasuk dalam masalah Palestina, dengan mendukung resolusi-resolusi PBB yang mendukung solusi dua negara. Namun, di bawah permukaan, hubungan keamanan dan pertanian dengan Israel telah berkembang selama beberapa dekade.

 

1. Kerja Sama Keamanan dan Militer: Seperti banyak negara yang menghadapi tantangan keamanan internal, PNG telah memanfaatkan keahlian Israel yang terkenal di bidang ini. Pasukan Pertahanan PNG (PDF) dan aparat kepolisian telah menerima pelatihan dari Israel dalam bidang anti-terorisme, intelijen, dan penegakan hukum. Keahlian Israel dalam mengamankan perbatasan yang kompleks dan beragam sangat relevan bagi PNG, yang berbatasan darat dengan Indonesia dan menghadapi tantangan di Provinsi Papua Barat serta perbatasan maritimnya yang luas.

2. Kerja Sama Pertanian dan Teknologi: Israel, sebagai pemimpin global dalam teknologi pertanian di daerah gersang (agritech), telah terlibat dalam proyek-proyek percontohan di PNG. Teknologi irigasi tetes, manajemen air, dan praktik pertanian berkelanjutan Israel ditawarkan sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan PNG, yang merupakan prioritas nasional bagi sebuah negara dengan populasi yang tumbuh cepat dan masih sangat bergantung pada pertanian subsisten.

3. Dukungan Diplomatik yang Ber evolusi: Selama bertahun-tahun, PNG sering kali abstain atau bahkan kadang-kadang mendukung Israel dalam pemungutan suara di PBB, menandakan penyimpangan dari posisi blok otomatis yang sering terjadi. Pergeseran ini mencerminkan penilaian ulang yang pragmatis atas kepentingan nasional PNG dan keinginan untuk membina hubungan dengan mitra yang dapat menawarkan keuntungan teknis dan ekonomi yang nyata.

 

Langkah untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem, oleh karena itu, merupakan puncak dari pendekatan yang telah berkembang selama bertahun-tahun, bukan perubahan haluan yang tiba-tiba.

 

Mengapa 23 September? Simbolisme dan Peringatan Kemerdekaan.

 

Pemilihan tanggal 23 September sangatlah strategis. Tanggal ini adalah Hari Kemerdekaan PNG, memperingati kemerdekaan negara itu dari Australia pada tahun 1975. Dengan memilih tanggal yang sacral ini, Perdana Menteri Marape mengirimkan pesan yang kuat baik ke dalam maupun ke luar negeri:

 

· Ke Dalam Negeri: Pesannya adalah tentang kedaulatan dan otonomi. Marape menegaskan bahwa PNG adalah negara merdeka yang matang, mampu membuat keputusan luar negeri yang berani dan independen berdasarkan kepentingan nasionalnya sendiri, bukan berdasarkan tekanan atau konsensus eksternal. Ini adalah pernyataan kebanggaan nasional yang membingungkan keputusan diplomatik dengan perayaan identitas nasional.

· Ke Luar Negeri: Pesannya adalah bahwa PNG adalah pemain yang percaya diri di panggung dunia, yang willing to take bold steps. Ini memproyeksikan kekuatan dan memposisikan PNG sebagai pemimpin, bukan pengikut, dalam hal-hal geopolitik. Tanggal ini memastikan bahwa berita tersebut akan mendominasi headlines domestik dan internasional pada hari perayaan nasional mereka, memaksimalkan dampak simbolisnya.

 

Analisis Motif: Apa yang Didapat PNG dari Langkah Ini?.

 



Keputusan untuk membuka kedutaan di Yerusalem adalah perhitungan strategis yang kompleks dengan beberapa motif yang saling terkait:

 

1. Akses ke Teknologi dan Keahlian Israel: Ini mungkin merupakan pendorong yang paling langsung. PNG sedang berjuang dengan tantangan pembangunan yang besar: ketahanan pangan, ketahanan energi, keamanan, dan layanan kesehatan. Israel menawarkan paket lengkap solusi teknologi untuk masalah-masalah ini dari irigasi tetes dan teknologi air (water tech) untuk pertanian, hingga teknologi surya dan pertahanan siber untuk energi dan keamanan. Dengan memperdalam hubungan diplomatik, PNG berharap dapat mengakses paket investasi dan transfer teknologi yang lebih menguntungkan.

2. Memperkuat Hubungan dengan Amerika Serikat: Kebijakan luar negeri AS, terutama sejak pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh pemerintahan Trump, sangat mendukung negara-negara yang mengambil langkah ini. Dengan menyelaraskan diri dengan kebijakan AS, PNG mungkin berharap dapat memperkuat hubungannya dengan Washington, yang dapat membuka pintu untuk bantuan pembangunan, dukungan untuk institusi seperti Angkatan Bersenjata PNG, dan perhaps yang paling penting, meningkatkan perhatian AS terhadap kawasan Pasifik sebagai counter terhadap pengaruh China yang semakin besar.

3. Membedakan Diri dan Meningkatkan Pengaruh Diplomatik: Dalam ekonomi perhatian geopolitik, langkah berani membuat sebuah negara menonjol. Dengan menjadi salah satu dari segelintir negara yang membuka kedutaan di Yerusalem, PNG langsung meningkatkan profil diplomatiknya. Ini memberinya leverage dan perhatian yang mungkin tidak akan diperolehnya sebagai negara berkembang yang sering diabaikan. Hal ini memposisikan PNG sebagai negara yang willing to lead, potentially giving it a louder voice in regional forums like the Pacific Islands Forum (PIF) and on the global stage.

4. Kepentingan Keamanan Internal: PNG menghadapi kerusuhan sosial, konflik kesukuan, dan tantangan di Provinsi Papua Barat. Pelatihan dan peralatan keamanan dari Israel dianggap sebagai aset yang sangat berharga untuk mengkonsolidasikan kendali negara atas wilayahnya dan memerangi ketidakstabilan internal.

 

Dampak Regional dan Reaksi Internasional.

 

Keputusan PNG telah menimbulkan gelombang reaksi yang dapat diprediksi:

 

Dukungan dari Israel dan Sekutunya: Israel, tentu saja, menyambut baik langkah tersebut. Bagi Perdana Menteri Netanyahu, setiap pembukaan kedutaan baru adalah kemenangan diplomatik yang memperkuat klaim Israel atas Yerusalem dan mengikis konsensus internasional. AS dan negara-negara lain yang telah memindahkan kedutaannya (seperti Guatemala, Honduras, dan Kosovo) juga memuji keputusan PNG.

· Kecaman Keras dari Palestina dan Dunia Arab: Otoritas Palestina menyatakan keputusan itu sebagai "pelanggaran terhadap hukum internasional" dan "pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina." Mereka berargumen bahwa hal ini merusak prospek perdamaian dan solusi dua negara. Negara-negara Arab dan anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk keras langkah PNG tersebut, dengan beberapa ancaman pembalasan diplomatik atau ekonomi, meskipun dampak langsungnya terhadap PNG mungkin terbatas.

· Kekhawatiran dan Perpecahan di Kawasan Pasifik: Reaksi di Pasifik likely akan terbelah. Sekutu tradisional seperti Australia dan Selandia Baru, yang mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv, secara diam-diam tidak menyukai langkah ini karena hal itu mempersulit posisi mereka dan konsensus diplomatik Barat yang lebih luas. Di dalam Forum Kepulauan Pasifik (PIF), keputusan PNG dapat menciptakan perpecahan. Negara-negara seperti Vanuatu yang memiliki sejarah dukungan kuat bagi Palestina mungkin merasa terasingi, sementara lainnya seperti Kepulauan Marshall dan Fiji akan merasa didukung. Keputusan ini berpotensi melemahkan kesatuan Pasifik dalam masalah internasional, yang sudah tertekan oleh persaingan kekuatan besar.

 

Kesimpulan:  

 

Pembukaan Kedutaan Besar Papua Nugini di Yerusalem pada 23 September 2023 adalah momen bersejarah yang menandai kedewasaan diplomatik PNG dan keinginannya untuk memainkan peran yang lebih strategis di dunia. Ini adalah keputusan yang didorong oleh pertimbangan pragmatis tentang pembangunan nasional, keamanan, dan keinginan untuk mendapatkan perhatian dan investasi dari mitra yang powerful seperti Israel dan AS.

 

Namun, ini juga merupakan langkah yang penuh risiko. Ini mengalienasi sekutu tradisional di dunia Arab dan berpotensi memecah belah kesatuan Pasifik. Keberhasilan jangka panjang dari gerakan ini akan diukur bukan oleh kontroversi yang ditimbulkannya, tetapi oleh hasil nyata yang dibawanya kepada rakyat Papua Nugini. Apakah ini akan diterjemahkan menjadi peningkatan investasi, teknologi, dan pengaruh yang dijanjikan? Atau akankah ini mengakibatkan isolasi diplomatik dan membawa sedikit keuntungan nyata?

 

Dengan menancapkan benderanya di Yerusalem, Perdana Menteri James Marape telah memasang taruhan besar pada masa depan geopolitik negaranya. Dia telah menyatakan bahwa PNG open for business on its own terms. Apakah taruhan ini akan terbayar, hanya waktu yang akan menjawabnya, tetapi satu hal yang pasti: Papua Nugini telah menyatakan kedatangannya di panggung dunia dengan suara yang keras dan jelas.

 

 


Posting Komentar untuk "Papua New Guinea Opens Embassy in Jerusalem on 23 September 2023: Sebuah Analisis Geopolitik atas Keputusan Bersejarah Port Moresby."